Time Line Kehidupan Dari Awal Hingga Akhir Zaman
Refleksi
Pertemuan Ke Empat (12 Oktober 2017)
Oleh
Devi
Nofriyanti (17709251041)
PPS
UNY Pendidikan Matematika B
Assalammu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Berikut
ini refleksi pertemuan keempat kuliah Filsafat dengan dosen pengampu Prof. Dr.
Marsigit, M.A. Seperti biasa perkuliahan diawali dengan membaca doa, lalu
diberi pengarahan dan motivasi terkait pemanfaatan facebook dan social media.
Perkuliahan kali ini berbeda dengan perkuliahan sebelumnya, karena kali ini
perkuliahan dilakukan dengan metode ekspositori yakni kami diberi penjelasan dan
kesempatan untuk interupsi setiap saat. Berikut refleksi pertemuan keempat yang
dapat saya jabarkan :
Foto Prof. Marsigit yang memberikan materi perkuliahan
Kehidupan
kita saat ini dapat diibaratkan seperti ikan-ikan kecil yang hidup di air laut.
Ada yang terkena polusi, terombang-ambing dan sebagainya. Jika dilihat dari
perspektif ikan kecil, kita ini termasuk yang beruntung karena masih diberi
ikhtiar untuk mencari air segar, yaitu
kehidupan. Sekarang ini banyak sekali
polusi kehidupan, contohnya mempercayai berita-berita hoax, sehingga kita mengalami disorientasi,
intoleransi, radikalisme. Kenapa bisa membuat disorientasi, karena filsafat
jaman sekarang adalah filsafat bahasa atau analitik. Jadi semuanya itu bahasa,
hidupmu adalah bahasa maka sebenar-benarnya dirimu adalah kata-katamu dan
tulisanmu. Jika tulisanmu plagiat maka sebenar-benarnya plagiat adalah dirimu sendiri.
Bahasaisme,
isme itu pusat. Jadi humanisme
berarti pusatnya manusia, sehingga harus berhati-hati dalam penggunaannya,
karena dalam filsafat, humanisme itu pusatnya manusia, berarti Tuhannya
dimana?. Jadi humanisme yang dibicarakan sehari-hari itu adalah filsafat common sense. Humanisme nya orang awam
berbeda dengan humanisme nya filsafat, bahkan juga berbeda dengan
humanisme psikologi, yang bermakna kemanusiaan.
Perjalanan filsafat berawal dari 2000 tahun SM zaman sebelum Socrates. Awal
zaman action grid yunani kuno
menganut filsafat alam, orang masih terheran-heran diluar diriku itu ada apa
dan bertanya-tanya alam itu terbuat dari apa. Apakah dari api, tanah, angin,
dsb. Atributnya masuk metafisik, alam atau fisik dibalik yang fisik. Contohnya:
dibalik speaker adalah karya, atau bisa jadi senjata yang mematikan.
Semua
isme lahir dikarenakan objeknya. Objeknya
terserah dimana. Jika dibagi 2, di atas adalah langitnya dan dibawah adalah
bumi. Objek kebenaran di langit adalah satu (tunggal) sehingga disebut monoisme
(monism), sedangkan objek di bumi adalah kenyataan yang bersifat jamak (plural)
sehingga disebut pluralisme. Contoh : di langit matahari nya cuma 1, sedangkan
di bumi ada banyak, ada matahari yg di Indonesia, London, Afrika dsb. Jika objeknya
dinaikkan lagi maka menjadi kuasa tuhan (spiritualisme). Mempelajari filsafat
cukup dengan mempelajari objeknya ada dimana dan sifatnya seperti apa. Oleh
karena itu yang di atas langit bersifat idealisme, yang di atas yang ideal
bersifat absolutisme. Jadi yang absolut adalah kuasa Tuhan. Sebenar-benarnya
yang ada dilangit adalah prinsip. Sebenar-benarnya prinsip absolut adalah milik Tuhan. Prinsip di bumi
bersifat relatif (belum tentu benar). Contoh: seorang kakak yang memberi
instruksi pada adiknya maka bersifat relatif, namun jika instruksi (aturan)
tersebut terdapat di kitab suci, maka itu bersifat absolut karena dari Tuhan.
Semua
yang ada di bumi adalah bayangan langit. Sebenar-benarnya yang ada adalah bahwa
aku dan dirimu adalah bayangan prinsip. Prinsip itu resep. Resepnya hanya satu tapi bisa membuat
berbagai hal contohnya satu resep nasi goreng bisa dibuat berbagai jenis nasi goreng.
Sebenar-benarnya istriku di bumi ini adalah
plural. Ada istriku di malam hari, siang hari, pagi hari, sedang dikantor, jika
disebutkan maka tidak akan habis, itulah yang dinamakan infinite regress, tapi
istriku yang di langit bersifat tunggal. Prinsipnya satu surat nikah tapi
menjadi banyak bayangan.
Spiritual
turun ke logika menjadi pikir, karena filsafat pola pikir dan jika dinaikkan akan
menjadi doa. Semuanya sudah dituliskan dalam elegi di blog Pak Marsigit . Pikirkanlah
kenyaataanmu dan wujudkanlah pikiran mu itu. Pikir bersifat logos atau
logisisme. Kenyataan bersifat real
(realisme). Menurut Plato (Platonisme) sebenar-benarnya ilmu adalah pikiran,
ilmu itu sudah dicipta hanya manusia kapan bisa menemukannya. Sedangkan Aristoteles
(Aristotelianisme) sebenar-benarnya ilmu adalah kenyataan, plural, yang
konkrit, real.
Mono
(di langit) bersifat identitas. Sedangkan yang dibumi (kenyataan) prinsipnya
kontradiksi. Identitas adalah A=A,
kontradiksi A ≠A. Sebenar-benarnya yang terjadi adalah diriku tidak mampu menunjuk
diriku karena sebelum selesai aku menunjuk diriku maka aku sudah berubah dari
tadi menjadi sekarang. Karena dunia di bumi terikat ruang dan waktu. Di bumi 2 ≠2.
2 = 2 hanya terjadi di pikiran, maka matematika yang ditulis itu salah. Musuh
filsafat kalau tidak kecukupan ruang dan waktu. Sehingga tidak perlu bicara
filsafat dengan orang awam. Bumi itu adalah dunia anak kecil, sedangkan langit
adalah dunia orang dewasa. Tidak setiap orang bisa menjadi dewasa dari sisi
filsafat, demikian juga spiritualisme.
Semua
matematika adalah pengandaiaan. Contoh suduh lancip hanya ada dipikiran karena kalau
di dunia tidak ada sudut lancip, ujungnya pasti molekul. Lancip disini direduksi
sifatnya, diidealisasi dengan pikiran yang bersifat logis bersifat analitik.
Kenyataan itu bersifat sintesis. Analitik itu yang penting logis tidak perlu melihat kenyataan. Maka orang
matematika bisa bikin buku yang penting bisa buat definisi, aksioma, teorama
asal jangan bertentangan dengan teorema sebelumnya. Logis artinya konsisten. Kontradiksi
dalam matematika berarti tidak konsisten.
Kontradiksi kenyataan adalah tidak identitas karena semua kenyataan bersifat
kontradiktif. Untuk memahami tulisan, bahasa, gerakan pakai intuisi. Contoh: mengingat wajah dan ucapan
seseorang. intuisi digunakan sebagai alat untuk belajar, dinamakan intuisi two ones. Manusia itu terbatas dalam
ketidakterbatasan dan sempurna dalam ketidaksempurnaan,
Pikiran
selain bersifat analitik juga besrifat apriori, paham walaupun belum mengalami Sedangkan
kenyataan bersifat aposteriori paham setelah mnegalami (melihat mendengar
mencoba meraba). Dunia anak kecil adalah aposteriori, maka jika guru mengajar
anak SD mnggunakan metode orang dewasa akan menghancurkan intuisi mereka. Dampaknya
mereka akan kehilangan empati dan mengalami disorientasi.
Rasionalisme
ditambah skeptisme maka pikiran bersifat skeptis (ragu), mempertanyakan seperti
pertanyaan R. Descartes yang berpendapat bahwa tiadalah ilmu kalau tidak
berlandaskan rasio. Sedangkan D.Hume mengatakan bahwa tiadalah ilmu jika tidak
berlandaskan pengalaman, (empirisme). Kedua paham tersebut menimbulkan
perdebatan selama 2 abad, hingga akhirnya muncul juru damai, Immanul kant
(1671). Ia mengambil jalan tengah dengan mengambil sebagian terori Descartes
(apriori) dan D.Hume (sintesis). Jadi sebenar-benarnya ilmu adalah sintetik
apriori. Jadi menurut Immanuel Kant, matematikawan itu bukan ilmuwan melainkan hanya
pemimpi (dreamer).
Sebelum
muncul Immanuel kant ada sejarah panjang tapi gelap, yaitu kebenaran yang
didominasi oleh gereja. Gereja punya pendapat siapapun orangnya tidak boleh
mengutarakan kebenaran jika tidak mendapat restu gereja. Jika melanggar bisa
ditahan, dipenjara bahkan dibunuh. Suatu ketika gereja punya prinsip Geosentris
yaitu dunia pusatnya di bumi, bintang dan bulang mengelilingi. Muncul seorang
yang namanya Copernicus yang membantah teori ini dan membuat teori
heliosentris. Bukan bumi yang jadi pusat, tapi matahari. Sehingga menimbulkan
kemarahan gereja. Namun sampai sekarang semua teori membenarkan teori heliosentris.
Setelah masa gelap tersebut, muncul antithesis, yakni berupa sintesis (produk
baru) dari Aguste Compte (1857). Ia menghentikan isme, baginya yang terpenting adalah
membangun dunia tanpa perlu agama karena baginya agama itu tidak logis. Setelah
itu baru filsafat, kemudian di atasnya positive (saintifik). Bukunya positivisme,
memarginalkan agama. Tetapi dengan Aguste comte menjelma dunia pos pos modern. Awal mula zaman adalah Archaic
(manusia batu) → tribal → tradisional → feodal → modern → pos modern
(kontemporer). Sementara Indonesia, berlandaskan Pancasila : dengan prinsip materialisme → formalisme → normatif (filsafat) → spiritualisme. Dunia sekarang agama
dimarginalkan. Fenomena yang terjadi saat ini sudah diramal oleh cerita Resih Gotama.
yakni akibat sebuah benda bisa membuat orang lupa diri. Contohnya: mayoritas
masyarakat kita memiliki handphone dan handphone tersebut membuat lupa akan
keluarga, ibadah dan lingkungan sekitar. Untuk itu kita harus berhati-hati
dalam menyikapi kemajuan zaman.
Sekian,
Wassalammu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Komentar
Posting Komentar