Mengenal Lebih Dekat Filsafat Dengan Tes Jawab Singkat (5)

Refleksi Perkuliahan Ketujuh (2 November 2017)

Oleh
 Devi Nofriyanti (17709251041)
PPS UNY Pendidikan Matematika B
Refleksi telah diposting di deenof.blogspot.com

Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Kali ini saya akan merefleksikan pertemuan ketujuh kuliah filsafat dengan dosen pengampu Prof. Dr. Marsigit, M.A. Seperti biasa perkuliahan diawali dengan berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing agar apa yang kami pelajari mendapatkan ridho Allah SWT. Sama seperti pertemuan sebelumnya, kali ini kami diberikan Tes jawab singkat. Berikut pertanyaan dan jawabannya :
1-2 Apa ontologinya meta fisik? Wadah dan isi
3-4 Apa ontologinya epistimologi? Wadah dan isi
5-6 Apa ontologinya ontologi?  dan isi , menunjukkan ontology semunya adalah wadah dan isinya. 
7-8 Wadah macam2 tergantung, bisa bajumu, jiwamu.
7-8.  Apa metafisiknya ontologi? Ada, mungkin ada
9-10. Apa metafisiknya epistimologi? Ada, mungkin ada
11-12. Apa metafisiknya metafisik? Ada, mungkin ada
13, 14, 15. Apa epistimologinya ontologi? Ada, mengada, pengada
16, 17, 18. Apa epistimologinya metafisik? Ada, mengada, pengada
19, 20, 21. Apa epistimologinya epistimologi? Ada, mengada, pengada
22, 23. Apa aksiologinya ontologi? Etik, estetika
24, 25. Apa aksiologinya epistimologi? Etik, estetika
Selanjutnya kami diinstruksikan untuk membuat sebuah pertanyaan. suatu hal tidak akan pernah dimengerti jika tidak ditanyakan. Tanya jawab merupakan metode yang digunakan beliau untuk mengadakan yang mungkin ada. Sehingga kami paham.
Sebelum membahas pertanyaan, bapak memberikan penjelasan terkait tes jawab singkat. ada sesuatu yang bisa djelaskan dan tidak pernah selesai dijelaskan pun belum paham contohnya filsafat itu sendiri. Sampai selesaipun Belum cukup orang menjelaskan itu. Seperti ontology, itulah kemampuan mengabtraksi dan berbahaya. Sama saja orang memegang pisau. Pisau mau bisa digunakan untuk mengupas mangga tapi jika tidak pintar memegang pisau maka bisa mengenai diri sendiri. Jadi semua reduksi berbahaya. Ontology itu dunia tapi direduksi oleh pak Marsigit menjadi wadah dan isi. Setiap memilih pasti mengorbankan yang tidak diplih. Maka harus hati-hati sebagai kakak atau orang tua besok harus adil. Kadang kita tidak sadar pilih kasih. Misalnya seorang ibu yang tidak sadar megatakan seolah bahwa kehadiran anaknya yang lain lebih dinantikan dibandingkan kedatangan anaknya yang baru datang. Ini berarti ibunya mengabaikan (jika hal itu kecil). Jika besar dikatakan mengeliminasi (tereliminasi). Jika besar mengakibatkan bunuh diri/mmbunuh, yang diartikan bisa membunuh keseluruhan, ataupun membunuh sifat, contoh: guru berkata “eh kamu jd sswa kok malas”. kalimat tersebut sudah mereduksi dengan menjudge hidup siswa yang berusia 16 tahun jadi seorang siswa yang malas, sehingga sifat lainnya tereliminasi. Maka segala macam persoalan hidup itu karena tidak terampil melakukan reduksi. Sebenar-benar hidup itu reduksi, Kita setiap hari sadar maupun tidsk sadar selalu mrreduksi. Contoh: terbangun saat bangun hujan deras, padahal sebelum tidur belum hujan. Itu berarti tereduksi bangun di dalam keadaan hujan deras. Terpilih bangun dalam keadaan hujan deras. Sadar atau tidak sadar apalagi engkau menyadarinya . Maka tidak mudah menyimpulkan ontology ini wadah dan isi. Itulah penting ketemu prof Marsigit yang bisa menjelaskan hal tersebut. 
Selanjutnya membahas pertanyaan mahasiswa:
Bagaiman cara menyikapi hidup di era digital?
Tergantung deduksi jika di matematika, pondamen jika di filsafat, dan niat jika di spiritual. Innamal a’malu binniat. Di dalam psikologi naik ke paradigmna. Sebenarnya ilmu kalah dengan niat. Kita mengalami krisis karena pernah melihat benda yang haram dilihat. Terkendala melihat metafisik jika sudah terkena stigma. Kita sendiri sudah mengakui apalagi generasi kita. Kesimpulannya era digital dapat disikapi dengan kreatif, dinamis, fleksibel, kritikal, iman dan takwa (doa terus menerus).
Bagaimana pandangan filsafat yang 100% berserah ke nasib?
Itu kaum fatal. Prccaya nasib tapi ga prcaya ikhtiar. Sebenar-benarnya hidup adalah berinteraksi antara ikhtiar dan takdir. Pernyakit hidup itu pnykut parsial, jika hanya mengambil salah satu yaitu ikhtiar saja atau takdir saja. 
Demikianlah refleksi perkuliah pertemuan ketujuh kuliah filsafat, semoga bermanfaat bagi kita semua untuk lebih mengenal filsafat. Wassalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Thanks,, In my 20 years old...

Kepercayaan Vs Kejujuran.... :)

Mengenal Lebih Dekat Filsafat Dengan Tes Jawab Singkat (4)