Mitos dan Kekuasaan
Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Kali
ini saya akan merefleksikan pertemuan keduabelas
kuliah filsafat dengan dosen pengampu Prof. Dr. Marsigit, M.A. Seperti biasa
perkuliahan diawali dengan berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing
agar apa yang kami pelajari mendapatkan ridho Allah SWT. Pak Marsigit meminta Deni
membacakan jadwalnya dan ternyata ada 3 jadwal yang beririsan. Jam 08.00-10.00
harus menghadiri ujian proposal disertasi. Sehingga perkuliahan ini harus
berakhir sekitar pukul 08.00 wib. Berikut penjelasan pak marsigit diperkuliahan
kali ini:
Mitos perbatasan menembus ruang dan waktu,
kaitannya dengan kuasa. Orang yang berkuasa sering membuat mitos untuk
mempertahankan kekuasaannya. Itu warning kepada diri jangan suka membuat mitos.
Mitos, perbatasan, menembus ruang dan waktu ada hubungannya dengan kekuasaaan. Tidak
boleh karena tidak kuasa. Contoh: tidak boleh masuk ruang direktur tanpa izin,
karena tidak kuasa sebagai direktur. Kalian disini karena tidak kuasa. Terlambat
dimarahi. Jika punya kuasa tidak akan dimarahi. Beruntung dosenmu jadi
direkrut. Terbukti ilmu filsafat itu relevan, bisa menjadi direktur. Contoh
lainnya adalah : Tidak sopan adalah kata-kata orang yang berkuasa terhadap orang
yang dikuasai. Kita tidak bisa adil dalam arti itu. Jadi direktur tidak bisa mengukur
diri sendiri. Mitos itu status quo, Fokus itu anti status quo. Karena fokus perubahan,
mitos itu tetap. Maka bahaya kalau tetap, berpkir tetap. Saya sampai jam 8
harus menguji disertasi proposal, jadi keadilan dan keihkalasan sangat relatif.
Fenomena
itu artinya hidup. hidup itu berelasi dan besrtruktur dan tidak akan bisa jadi
direktur jika tidak bisa jadi rakyat. Maka sebenar-benarnya rakyat dan direktur
itu adalah berhermeneutika. Tidak usah minta justifikasi. Kerjakanlah sebaik mungkin
sesuai ruang dan waktunya semua akan menyaksikan. Maka mitos itu relatif. Sultan
jogja punya banyak mitos supaya aman. Contoh ada peraturan jangan merubah kursi.
Maka itu Mitos, kepentingan penata kursi supaya supaya tidak capek menyusun
kursi maka dibuatlah peraturan. Saya sengaja mengubah posisi kursi seperti ini
merupakan The power of action, tidak
perlu buat pengumuman, simbolik dapat dipelajari jadi kenyataan. Anda
menghadapi realita, setelah dipikirkan merubah prilaku (dari terlambat menjadi
tidak terlambat), itulah hermeneutika.
Selanjutnya
ada yang bertanya : Kebenaran itu relatif, UNY punya visi mandiri bertakwa,
mandiri, cendekia, apakah bsa diukur keberhasilannya? saya jdi direktur, ngomongnya
harus benar. Salah satu omongannya marilah kita satukan/bulatkan kata-kata dan
perbuatan. Satunya perbuatan dan kata-kata jika dikaitkan dengan filsafat maka
sesungguhnya tidak ada di dunia yang bisa bersatu antara kata-kata dan
perbuatan. Diam saja tidak bisa. Perbuatan diam, kata-katanya juga tidak diam.
Sebetulnya seluruh manusia di dunia itu munafik supaya bisa hidup dalam tanda
kutip munafiknya filsafat. Sebenar-benarny hdup itu kontradiktif. Porsinya seberapa
jauh. Mengandung maksud mengajak kebaikan demi kebaikan. Dirimu sendiri juga
berusaha. Itu maksudnya marilah satukan kata-kata dan perbuatan. Harus berpikir
sesuai ruang dan waktunya.
Semua
omongan itu metafisik. yang tadi kita tidak mengerti belajar filsafat jadi
salah, filsafatnya baik jadi benar. Jadi benar kata-kata pak direktur menyatukan
kata-kata dan pebuatan artinya berusaha
jadi orang baik. Makna-makna itu melekat di konteksnya yang mengerti itu
konteksnya. A=A+1, secara matematika salah. Hanya benar kalau kontekstual.
Hanya relevan kalau kenyataannya bergerak, betul kalau ada proses input. Misal A
= 3, berarti A=4. A=10 maka A=11. Maka sebenar-benarnya
hidup itu seperti ini. Kamu tidak akan bisa menemukan dirimu yang lalu. Setiap hari
mengalami perubahan. Tidak akan kembali ke diri yg kemarin. Cerdaslah kalau sudah
cerdas jadi direktur. Jadilah orang-orang yg dperlukan oleh ruang dan wktunya.
Berpikir dan berdoa.
Demikianlah
refleksi pertemuan keduabelas kuliah filsafat,
semoga bermanfaat bagi kita semua. Wassalammu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Komentar
Posting Komentar