Paradigma Penyu
Refleksi
Perkuliahan Kesebelas (14 Desember 2017)
Oleh
Devi
Nofriyanti (17709251041)
PPS
UNY Pendidikan Matematika B
Refleksi
telah diposting di deenof.blogspot.com
Assalammu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Pada kesempatan ini saya akan
merefleksikan pertemuan kesebelas kuliah
filsafat dengan dosen pengampu Prof. Dr. Marsigit, M.A. Seperti biasa
perkuliahan diawali dengan berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing
agar apa yang kami pelajari mendapatkan ridho Allah SWT. Pada pertemuan kali
ini penampilan pak Marsigit agak berbeda, beliau memakai baju batik lengan
panjang dan lebih necis dari biasanya. Penampilan yang rapi memang harus dijaga
apalagi sekarang beliau menjabat sebagai direktur pascasarjana UNY. Hidup itu harus berusaha semaksimal mungkin,
begitu pesan beliau. Perubahan jabatan menjadi direktur ini membuat beliau
memiliki jadwal yang padat. Seperti halnya hari ini, perkuliahan tidak dapat
diselesaikan sampai pukul 09.10 dikarenakan beliau ada rapat pukul 08.00 wib. Padatnya
jadwal dan banyak yang beririsan membuat beliau sedikit kewalahan. Beliau membutuhkan
sekretaris untuk mengingatkan dan mengatur jadwal tersebut.
Beliau bercerita bahwa sebenaranya
beliau tidak menyukai jadwal yang beririsan. Keduanya menyebabkan keterlambatan
yang berdampak pada tidak maksimalnya kinerjanya. Selain itu terlambat pasti
berdampak dimarahi, namun sekarang hal yang tidak disukai itu sudah ada
solusinya, yaitu dengan menjadi direktur. Seorang direktur walupun terlambat
tidak akan dimarahi bahkan orang lain yang minta maaf, begitu candanya, yang
sukses mengundang tawa kami dalam satu kelas. Secara tidak langsung pak
Marsigit memotivasi kami menjadi orang yang sukses. Orang sukses itu dibutuhkan
dimanapun ia berada.
Pertemuan kali ini kami diberikan cerita
terkait perjalanan hidup beliau yang jika dibuat icon berupa Bodromoyo. Berasal
dari kata Bodro yang berarti semar dan ismoyo yang berarti dewanya semar. Semar
itu melambangkan kaula isinya dunia, kenyataan dan sebagainya. Sedangkan ismoyo
berarti dewa. Kita dapat mengartikan dewa dengan beragam tergantung konteks
dewanya siapa. Karena filsafat itu bahasa analog, maka bisa di ekstensikan
bermacam-macam. Misal : ayam itu dewanya cacing, saya sendiri adalah dewanya
dari sifat-sifat saya. Jika dilihat dari konteks UNY, maka civitas akademi itu
adalah semarnya (kenyataan), ismoyonya adalah visi dan misi. Atau bisa juga
diambil contoh Jika pak Marsigit sebagai dosen ataupun direktur pasca adalah semar,
maka ismoyonya adalah pak rektor.
Sebetulnya bodromoyo itu keturunan bodronoyo
dan ismoyo jadi satu manunggaling wadah dan isi. Manunggalnya antara rakyat dan
pimpinan, civitas dan pimpinan, menjadi satu mencapai visi dan misi. Jadi kami
sebagai mahsiswa harus manunggal dengan pak marsigit sebagai direktur ataupun
pimpinan UNY lainnya untuk mencapai visi. Visi tersebut adalah ideologi yang
jika diturunkan menjadi paradigma. Paradigma adalah atmosfir yang berlaku dimana-mana
bisa karena alami muncul atau di direct
(diarahkan) oleh para dewa, maksud dewa disini bisa berarti direktur, presiden,
menteri, dan sebagainya. Jika diterapkan di ruang lingkup sekolah, maka paradigma
guru mengajar dan siswa belajar, ataupun guru berkompetensi dan kompetensi siswa adalah
paradigma yang sudah kuno (sudah bukan masanya lagi). Kita harus
tanggap/inovatif. Siswa belajar merupakan yang ada, kemampuan siswa merupakan
mengada dan yang diminta sekarang itu adalah pengada. Maka paadigma pengada
adalah a teacher, a student is a
researcher. Sebenar-benarnya hidup adalah meneliti untuk mnghasilkan. Maka
sebenarnya tuntutan menulis jurnal itu sudah cocok dengan paradigmanya.
Paradigma daripada pengada adalah guru memberi guru, produknya berupa jurnal. Menulis
= menjual jurnal. Bisnis itu kapitalis yang tidak bisa dihindari, sebagai
puncak ekonomi. Ekonomi kita bisa bergerak jika dikapital dan itu tidak bisa
dihindari.
Sebagai seorang direktur, pak Marsigit
mengingatkan kami untuk mulai mencari judul penelitian, memikirkan bagaimana
caranya agar bisa publish di jurnal,
mulai dari mencari berbagai web : web of research, web of publisher. Dari semester
satu ini kami sudah harus mempersipakannya agar bisa lulus tepat waktu. Banyak
hal yang bisa dijadikan penelitian, mulai dari riset yang kecil. Hal termudah
adalah meakukan studi kasus dan survey. Sebenarnya dari beragai hal kecil bisa
dikembangkat menjadi riset. Mulai dari sekarang kami disarankan untuk melakukan
riset kemudian membuat artikel yang bisa diikutkan ke seminar internasional,
salah satunya yang akan diadakan F.MIPA UNY dalam waktu dekat adalah i.criems.
Kami diingatkan untuk membuat artikel yang berkualitas, bukan plagiasi. Syarat
masuk prosiding adalah keterbacaan dan referensi, kemudian banyak halaman
berkisar 6-7 hlmn. Karena waktu telah menunjukkan sekitar pukul 08.10,
perkuliahan pun diakhiri. Pak marsigit mengingatkan bahwa hidup itu harus siap
menghadapi perubahan, jika tidak siap namanya disruptive. Sebenar-benarnya hidup
adalah bergerak, berinteraksi. Walaupun perkuliahan dilakukan sekitar 40 menit,
namun cukup berkesan. Perkuliahan ini di beri tema oleh beliau sebagai
paradigma penyu, ini menggambarkan filsafat yang fleksibel, bisa dibuat judul
atau tema apapun.
Demikianlah refleksi pertemuan kesebelas kuliah filsafat, semoga bermanfaat.
Wassalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Komentar
Posting Komentar